Sabtu, 15 Mei 2021

Cpt. 1

     Waktu itu, aku duduk di bangku kelas 6 dan akan lulus SD. Terbesit di pikiranku untuk melanjutkan pendidikanku di pondok pesantren. Tapi, aku tak tahu pondok pesantren mana yang akan ku pilih. Tak lama kemudian, teman dari kakakku menawarkan aku untuk mendaftarkan di pondok tempat dia sekolah. Tanpa pikir panjang, aku setuju dengan tawaran itu yang entah apa rencana Allah di balik ini semua. Sangat berharap aku keterima di pondok itu. Karena hasratku untuk menjadi ladang pahala untuk kedua orang tua.

    Akhirnya, alhamdulillah, aku diterima di pondok pesantren itu. Hari demi hari kulewati. Awal-awal mondok memang waktu terasa berjalan lambat. Tapi, semakin hari semakin cepat saja waktu berjalan. Sampai tak terasa, aku sudah menjadi kakak kelas. Dimana itu adalah awal mula dari semua kedilemaan ini.

    Aku tertarik dengan seseorang yang tak kenal dan tak pernah sama sekali bertemu. Hanya dengan media sosial, aku tertarik dengannya. Memang awalnya hanya nafsu. Hanya ada kecerobohan. Tapi, lama-kelamaan, aku suka dengan pribadinya yang ceria dan penuh semangat menerimaku. Juga aku sadar, seharusnya hal ini tidak aku lakukan. Kemudian, aku berpikiran "Jikalau aku memulai ini semua, maka aku harus bertanggung jawab menyelesaikan ini semua,". Tapi, aku juga tau bahwa dalam pandangan agama, hal ini tak boleh. Disinilah dilema yang sangat berat muncul. 

    Pilihan yang begitu berat antara melepaskannya setelah lama kenal dan bertanggung jawab menyelesaikan ini semua sampai akhir. Dilema itu terus menghantuiku. Terus membisikiku. Aku tau ini ujian yang diberikan Allah untukku agar mendewasakan pikiranku. Aku yakin aku mampu. Karena Allah memberi ujian kepada hambanya, sesuai dengan kemampuannya. 

    Alhasil, aku lebih memilih menuntaskan ini semua sampai selesai. Karena sangat susah untuk sampai di titik ini dan tidak mau mengecewakan dia yang telah menggantungkan harapan besar kepadaku. Tak tau apa yang disiapkan Allah untuk kita. Tak paham akan mengapa kita dipertemukan oleh seseorang yang benar-benar  "cocok" di saat kita masih SMP. Masih lama waktunya untuk menuju urusan yang serius dalam artian membangun keluarga baru. 

    Mungkin, Allah ingin aku untuk menunjukkan usaha-usahaku dalam menyelesaikan ujian ini dan doa-doa yang aku panjatkan agar Allah tetap menjaga dan meridhai hubungan ini sampai generasi-generasiku selanjutnya. Wallahu a'lam bis shawab. Sungguh, aku tak tau apa ini.

    



                    

    

Cpt. 1

       Waktu itu, aku duduk di bangku kelas 6 dan akan lulus SD. Terbesit di pikiranku untuk melanjutkan pendidikanku di pondok pesantren. T...